Sabtu, 13 November 2010

tugas musik

Versus? Ya seharusnya bukan VS tapi AND J
Artikel ini mengenai hal-hal yang sering menjadi kendala yang saya temui selama ini.
Seringkali pada saat produser atapun pencipta lagu menyerahkan lagunya kepada penata musik, mereka menyertakan beberapa lagu lain yang telah di pasarkan untuk menjadi referensi musik yang akan di buat terhadap lagu milik mereka.
Dan tidak jarang, menurut penilaian penata musik, lagu sang produser/pencipta lagu tersebut, tidak akan bisa di’paksa’ aransemennya seperti musik referensi yang mereka berikan. Tetapi, khusus lagu daerah Kerinci yang pernah saya tangani, tidak jarang produser atapun pencipta lagu ‘ngotot’ untuk di buatkan musik seperti referensi musik yang mereka berikan. walaupun menurut saya (selaku penata musik) bahwa lagu sang produser/pencipta lagu tersebut tidak akan bisa di ‘paksa’ di iringi oleh musik seperti musik dalam referensi yang mereka berikan, KECUALI merubah beberapa elemen batang lagu tersebut agar dapat di sesuaikan ke musik yang di inginkan sang Produser/Pencipta lagu tersebut. Tetapi, tidak jarang juga, penata musik tidak di izinkan untuk merubah batang lagu yang di berikanJ
He..he..he.. inilah dilema yang sering di hadapi, khususnya oleh saya pribadiJ
Kenapa bisa terjadi demikian???
Secara garis besar, kesalahpahaman seperti ini, umumnya di sebabkan karena kurangnya pengetahuan musikalitas sang pencipta lagu. Rata-rata, pencipta lagu Kerinci (mungkin hampir di beberapa daerah lainnya) belajar musik secara otodidak dan kurang mengetahui teori-teori dasar musik.
Teori dasar musik yang saya maksudkan mencakup pengetahuan tentang birama, tempo, genre, range/register vokal, dll.
Birama
Permasalahan tentang birama juga pernah saya temui, dimana batang lagu yang diberikan melalui kaset sample yang diiringi gitar, berbirama ¾ ataupun 6/8, tetapi musik yang dinginkan (melalui referensi musik yang diberikan) adalah musik dangdut birama 4/4 J menurut saya, tidak ada jalan lain, kecuali merubah batang lagu tersebut secara keseluruhan agar dapat dilakukan penambahan/pengurangan ketukan birama ¾ atau 6/8 untuk di sesuaikan menjadi 4/4.
Tempo/Metronome
Permasalahan tempo lagu yang pernah saya temui adalah satu buah lagu diciptakan dengan 3 tempo yang berubah-rubah, misal verse 1 & 2 tempo 75, chorus 120 dan pada coda 90 J
Sebenarnya selalu ada ‘jalan’ untuk menjembatani perubahan tempo tersebut, tetapi kendala lain muncul ketika sang pencipta tidak ingin bridge/jembatan perubahan tempo, lebih dari 1 bar 4/4 tanpa terkesan ‘kaget’ J sekali lagi, pada saat itu saya tidak diberi ‘keleluasaan’ oleh sang pencipta lagu. Dan sangat terpaksa lagu tersebut saya tolak untuk di garap. Secara garis besar saya memberi sedikit penjelasan kepada pencipta lagu tentang lagu yang berubah tempo. Jika sebuah lagu ingin dibuat beberapa tempo secara berurutan tanpa kesan ‘kaget’, idealnya perubahan tempo tersebut berkelipatan genap, misal dari tempo 70 berubah ke tempo 140. Karena akan sangat memudahkan sekali dalam membuat jembatan perubahan tempo. Hal ini bisa terjadi, karena pencipta lagu menciptakan lagu sambil diiringi gitar dengan cara memblok/rhytm chord, dan ketika beliau melakukan perubahan tempo, hal tersebut tidak akan terlalu terasa, karna hanya terdiri dari 1 buah instrument aja. Tetapi jika berurusan dengan musik yang terdiri dari banyak instrument secara bersamaan, hampir bisa dipastikan bahwa perubahan tempo tersebut akan sangat terasa.
Genre/Jenis Musik
Ini hal terunik yang sering saya hadapi, dimana sebuah lagu yang secara notasi menggunakan scale pop standart/mayor diatonis, tetapi ingin dibuat dangdut. Sebenarnya, pasti bisa dilakukan agar terdengar ‘seperti’ dangdut. Tetapi beban berat akan dirasakan oleh si penyanyi.
Alasan saya pakai kata ‘seperti’, kurang lebih begini :
Setiap jenis musik mempunyai khas masing-masing, khas yang paling jelas terletak dalam scale/tangga nada yang digunakan. Tangga nada jenis musik yang digunakan ini juga akan berpengaruh pada cengkok, pernapasan, teknik vokal si penyanyi yang akan membawakan lagu tersebut.
Misal, lagu pop “Ada Apa Denganmu – Peterpan” menggunakan tangga nada/scale mayor diatonis, dan berpeluang bisa di rubah ke berbagai jenis musik, sebut aja ke jenis musik dangdut, blues, dst. Yang membedakan lagu Ada Apa Denganmu-Peterpan tersebut ketika dibawakan ke berbagai jenis musik antara lain teknik vokal si penyanyi dan tangga nada pelengkap (misalnya cengkok) yang digunakan. Ketika dibawakan ke jenis musik dangdut, penyanyi wajib ‘menghias’ lagu tersebut dengan cengkok khas dangdut, ketika dengan musik Blues, wajib dengan scale blues, ketika ingin memiliki khas jawa atau sunda, wajib menyisipkan scale pelog atau selendro, dan semua perubahan ini, idealnya TANPA merubah batang lagu “Ada Apa Denganmu” tersebut.
Beruntung sekali bagi penyanyi dan penata musik lagu daerah mendapat lagu pop yang akan di ubah ke Dangdut tersebut memiliki struktur tangga nada seperti lagu Ada Apa Denganmu milik peterpan tersebut, yang memberikan ‘ruang’ yang lebih leluasa untuk mengeksplor ketika di implementasikan ke jenis musik lain. Tetapi bagaimana kalau tidak seberuntung demikian??
Beban yang paling berat dirasakan ada pada si penyanyi, pada penataan musik, tidak akan banyak mengalami kendala, karna tiap musik sudah memiliki ‘pakem’ masing-masing, terlebih dalam rhytim section-nya.
Dan saya cukup prihatin, terlebih jika berurusan dengan penyanyi yang masih pemula, karna si penyanyi hanya menguasai lagu dasar tanpa khas sebuah jenis musik tertentu. Ketika proses rekaman, karena permintaan sang Produser/Pencipta lagu untuk dibuatkan ke jenis musik dangdut, mulailah vocal director mengarahkan penyanyi ke teknik bernyanyi sesuai jenis musik yang dimaksud. Tidak sedikit penyanyi yang tertekan mental ketika menghadapi hal ini. Kami sendiri di Solfegio Studio ketika menghadapi hal seperti ini, cukup memaklumi keadaan dan kemampuan si penyanyi.
Sebenarnya akan lebih bijak, jika pencipta lagu telah menguasai jenis musik lagu tersebut, dan memperkenalkan lagu tersebut dari awal dengan khas jenis musik yang bersangkutan kepada penyanyinya, sehingga proses rekaman pun pasti akan berjalan lebih mudah dan lancar tanpa perlu terjadi hal-hal yang saya maksudkan di artikel “Tips Bagi Penyanyi Pemula di Dunia Rekaman”.
Range/Register Vokal
Mungkin ini salah satu yang paling penting diketahui oleh pencipta lagu, dimana sering kali lagu yang diciptakan diluar jangkauan si penyanyi (saya lebih sering menyebutnya out of range).
Pada beberapa lagu, seringkali interval nadanya terlalu lebar melebihi register vokal si penyanyi, sehingga walaupun nada dasar di tinggikan atau direndahkan akan tetap ada bagian yang terlalu rendah atau terlalu tinggi bagi penyanyi. Dan ironisnya, ketika permasalahan ini muncul pada proses rekaman, penyanyilah yang menjadi sasaran untuk disalahkan karna di anggap tidak mampu atau tidak memiliki teknik vokal yang baik.
Pernah juga saya temui, lagu yang diciptakan dimaksudkan untuk dibawakan secara duet oleh pasangan pria dan wanita. Sekali lagi, lagu tersebut out of range. Tidak ada nada dasar yang ideal bagi kedua penyanyi tersebut, selalu ada pihak yang harus ketinggian atau kerendahan di beberapa bagian lagu. Ini semua terjadi karena kurangnya pengetahuan si pencipta tentang interval/register vokal.
Sebenarnya ada cukup banyak teori dasar musik yang harus diketahui pencipta lagu sebelum menciptakan sebuah lagu. Cukup positif apabila perlahan seluruh pencipta lagu mengetahui dan mau belajar tentang teori-teori dasar seperti ini, agar seluruh lagu-lagu ciptaan miliknya selalu layak untuk di garap dan nyaris tidak akan di ubah oleh music/vocal director.
Namun, jika kurangnya pengetahuan selalu dipertahankan dengan alasan kurang informasi, pengetahuan dsb, tidak ada salahnya jika menyerahkan lagu tersebut sepenuhnya ke pihak music/vocal director untuk di ubah dan di sesuaikan agar lagu tersebut menjadi lebih baik. Jika hal ini di lakukan, dipastikan, pihak yang paling pertama di untungkan adalah pencipta lagu, karena nama pencipta yang tertera pada cover album tetap hanya nama pencipta lagu tersebut, bukan nama music/vocal directornya” J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar